Venesia – Pemerintah Kota Venesia sedang mempertimbangkan untuk menaikkan tarif wahana gondola murah yang biasanya digunakan oleh warga lokal, menyusul viralnya layanan transportasi air ini di media sosial.
Sejumlah influencer diketahui membagikan tips perjalanan hemat menggunakan traghetti, gondola besar yang berfungsi sebagai kapal penyeberangan di Grand Canal.
Akibatnya, keberadaan traghetti yang awalnya hanya YTTA (yang tau-taju aja) ataupun warga lokal kini diserbu wisatawan.
Melansir The Independent, Rabu (20/8/2025) tarif traghetti untuk turis hanya sekitar 2 euro atau Rp 43 ribu, jauh lebih murah dibanding tarif naik gondola pribadi yang bisa mencapai 80 euro atau Rp 1,3 juta. Bagi warga lokal, biaya menyeberang dengan gondola itu bahkan lebih rendah.
Gegara tips murah oleh konten kreator itu kini muncul masalah baru. Antrean panjang mulai terlihat di empat titik penyeberangan utama Grand Canal, membuat warga yang biasa menggunakannya untuk aktivitas harian merasa terganggu.
“Traghetti sekarang jadi tren di kalangan wisatawan yang ingin merasakan naik gondola dengan biaya murah. Gara-gara para influencer dan blogger, layanan ini jadi hits di Venesia, dan dampaknya, warga lokal jadi korban,” ujar seniman lokal Venesia, Andrea Morucchio, seperti yang dikutip The Independent dari The Times.
Meskipun traghetti sudah lama dikenal dalam panduan wisata sebagai cara murah menjelajahi kota, lonjakan penggunaannya didorong oleh konten media sosial yang menyasar wisatawan hemat atau solo traveler. Banyak yang merekomendasikannya sebagai solusi untuk berfoto di gondola tanpa menguras kantong.
Anggota dewan pariwisata Venesia, Simone Venturini, mengatakan pemerintah kota tengah mengkaji kemungkinan menaikkan tarif khusus bagi wisatawan dan menggunakan dana tambahan itu untuk membuka dua jalur penyeberangan baru.
“Kenaikan tarif ini bisa dibenarkan karena traghetti sudah digunakan sebagai pengganti gondola oleh wisatawan,” ujarnya.
Gondola memang menjadi daya tarik utama di Venesia, tapi bukan tanpa insiden. Pada 2024 lalu, sekelompok wisatawan terjatuh ke kanal karena mencoba mengambil foto saat gondola melintasi jembatan rendah di dekat Piazza San Marco, karena mereka mengabaikan imbauan pendayung untuk tetap duduk selama perjalanan.
Venesia dan Overtourism
Venesia memang tengah bergulat dengan dampak overtourism. Tahun lalu, kota ini menjadi yang pertama di dunia yang memberlakukan tarif masuk bagi wisatawan harian. Selama masa uji coba antara April hingga Juli 2025, pengunjung dikenakan biaya harian antara 5 hingga 10 euro (Rp 85 ribu hingga 170 ribu), tergantung kapan reservasi dilakukan.
Wisatawan yang memesan kunjungan kurang dari empat hari sebelumnya dikenakan tarif lebih tinggi. Biaya ini diberlakukan hanya pada jam sibuk, yakni pukul 08.30 hingga 16.00 waktu setempat. Sementara pengunjung yang menginap di hotel dengan reservasi resmi dibebaskan dari biaya masuk tersebut.
Namun, sejumlah pelaku usaha di Venesia meminta tarif masuk yang lebih tinggi, hingga 100 euro (Rp 1,7 juta) per orang, karena mereka menilai kota sedang menghadapi kondisi darurat.
“Terjadi ledakan pariwisata yang belum pernah kami alami sebelumnya. Banyak orang datang tanpa benar-benar masuk ke toko atau tahu di mana mereka berada,” kata Presiden Asosiasi Warga Piazza San Marco, Setrak Tokatzian.
Ia menyerukan penerapan tarif tinggi untuk membendung gelombang manusia yang terus berdatangan ke kota bersejarah itu.